A. JENIS-JENIS SAWI.
Secara umum
tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan
tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa
dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi
huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso.
Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen.
Caisim
alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis
sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai
daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar
memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan
sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk
pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.
B. KLASIFIKASI BOTANI.
Divisi : Spermatophyta.
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae.
Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Famili : Cruciferae (Brassicaceae).
Genus : Brassica.
Spesies : Brassica Juncea.
SYARAT TUMBUH
Sawi
bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia
mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga
dikembangkan di Indonesia ini.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik
di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat
diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian
pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Daerah
penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan
1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada
daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.
Tanaman
sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun.
Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara
teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa
yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab.
Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang.
Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim
penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah
gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah
antara pH 6 sampai pH 7.
BUDIDAYA TANAMAN SAWI
Cara
bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran
pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan
lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan
pestisida, serta pemeliharaan tanaman.
Sawi dapat ditanam
secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat
ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung
darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada
juga melalui pembibitan terlebih dahulu.
Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.
A. BENIH.
Benih
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang
baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan
benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram.
Benih
sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan
agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita
gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita
perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus
utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.
Apabila
benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan
kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih
harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan
benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses
yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan
diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.
B. PENGOLAHAN TANAH.
Pengolahan
tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.
Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur
tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki
fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan
kita gunakan.
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan
dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas
dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari
secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul
sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk
penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu
10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata
dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.
Bila daerah
yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran.
Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu
kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam
melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak
ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau
dolomit (CaMg(CO3)2).
C. PEMBIBITAN.
Pembibitan
dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.
Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap
lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm
dan panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi
bedengan 20 – 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih,
bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah pupuk
DJENIUS 21 (dosis sesuai aturan ).
Cara melakukan pembibitan
ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2
cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman
dipindahkan ke bedengan.
D. PENANAMAN.
Bedengan
dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak
tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm,
seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu
pupuk kandang 10 ton/ha, dan di semprot pupuk organik DJENIUS 21 (Dosis
sesuai aturan). Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30
dan 20 x 20 cm.
Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
E. PEMELIHARAAN.
Pemeliharaan
adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan
dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada,
tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi
kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas
penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap
selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan
penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu
tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan
tanaman yang baru.
Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali
selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma
pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu
setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan
bersamaan dengan penyiangan.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan DJENIUS 21 disiramkan ke bedengan.
PENANAMAN VERTIKULTUR
Langkah – langkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut :
1.
Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit
dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.
2.
Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan
kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.
3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm.
4.
Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang
tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 – 5 helai.
5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.
PENANAMAN HIDROPONIK.
Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut :
1.
Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang
disterilkan setebal 3 – 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya
tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm.
2.
Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 – 5 helai (umur 3 – 4 minggu0, bibit
dicabut dengan hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air
hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting.
3.
Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 – 10
cm, selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang
juga sudah steril setebal 20 cm.
4. Buat lubang penanaman
dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang tersebut,
tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar,
usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media.
5. Berikan
larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan
dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru
selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar.
HAMA DAN PENYAKIT
A. HAMA.
1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).
2. Ulat tritip (Plutella maculipennis).
3. Siput (Agriolimas sp.).
4. Ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (cut worm).
B. PENYAKIT.
1. Penyakit akar pekuk.
2. Bercak daun alternaria.
3. Busuk basah (soft root).
4. Penyakit embun tepung (downy mildew).
5. Penyakit rebah semai (dumping off).
6. Busuk daun.
7. busuk Rhizoctonia (bottom root).
8. Bercak daun.
9. Virus mosaik.
PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN.
Dalam
hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya.
Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari.
Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran
daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta
akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas
tanah dengan pisau tajam.
Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penympanan.
5. Pengolahan.